MI Sananul Ula Daraman gelar pelatihan proses penilaian pembelajaran di madrasah & kajian Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim di Aula Pondok Pesantren Sananul Ula dengan narasumber Rini Astuti, S.Pd., M.Pd. dan Kyai Misbahul Munir. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Februari 2024 dengan tujuan meningkatkan kompetensi Guru dan Tenaga Kepandidikan madrasah.
Ridwan, S.E. sebagai kepala madrasah dalam sambutannya menekankan pentingnya guru memahami tahapan dalam proses penilaian. “Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wujud dari program kerja bidang keagamaan dan bidang kurikulum. Materi penilaian yang dipilih dikarenakan ada tahapan-tahapan yang tidak dapat diabaikan dan harus dipahami guru dalam proses penilaian yang benar, hal ini penting untuk mencapai penilaian yang tepat, dan dapat mengukur daya serap anak”, tuturnya.
Turut hadir dalam kegiatan, H. Muh. Kuncoro, S.Ag., M.Pd., pengawas madrasah Kabupaten Bantul. Saat membuka acara ia menyoroti tentang pentingnya guru bekerja dengan baik sebagai wujud dari Syukur. “Di luar sana, banyak orang yang berkeinginan untuk menjadi guru, lulusan S.Pd.I., S.Pd. AUD., S.Ag., yang ingin sekali mengabdi di madrasah tapi tidak terealisasi. Maka kita yang saat ini sudah berprofesi sebagai guru, patut bersyukur. Aktualisasi rasa syukur kita yaitu dengan bekerja dengan disiplin sesuai tupoksi, sehingga kedepan madrasah lebih maju lagi. Prestasi madrasah lebih dipacu, baik akademik maupun non akademik” ungkapnya.
Adapun Rini Astuti, S.Pd., M.Pd., dalam penyampaian materinya mengulas tentang perbedaan system penilaian yang terdapat dalam kurikulum madrasah. Kurikulum merdeka pada penilaian sudah diterapkan di kelas 1 dan 4 di semester 1, sedangkan lainnya masih kurikulum 2013. Perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum 2013 terletak pada P5-PPRA (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin). Rini kemudian melanjutkan penjelasannya tentang prinsip, pengolahan, dan pelaporan hasil penilaian. Selain itu, Rini juga merekomendasikan guru untuk mengikuti pelatihan yang terdapat dalam platform Pintar Kementerian Agama.
Sedangkan Kyai Misbahul Munir saat kajian kitab menerangkan bahwa belajar agama harus mengetahui sumber ilmunya dari siapa/lembaga apa. “Jangan asal berguru dengan orang yang tekstualis yang tidak bisa menjelaskan sesuatu di luar buku. Tipikal guru seperti itu biasanya tidak dapat memecahkan masalah. Kita perlu belajar dari guru yang cerdas, yang sudah diketahui sanad keilmuannya. Selanjutnya kita sebagai guru dalam pembelajaran diharapkan mengulang pelajaran jika sekiranya perlu, selain itu dapat membuktikan, menerangkan, mempraktekkan materi yang diajarkan”, tuturnya.
Kegiatan yang dihadiri 35 orang ini berjalan dengan lancar dan diakhiri pada pukul 12.00 WIB.* (SUK)